[Light Novel] Kokoro Connect Vol 5 - Chapter 2 Bahasa Indonesia |
Chapter 2: Godaan Gadis
Bulan: OTanggal: X
Bersih
Festival Atletik akan membuat sedikit menyedihkan, karena kutahu aku hanya akan menjadi beban bagi semuanya.
Kami membahas festival atletik hari ini di kelas.
Aku tidak tahu apakah akan menyebutnya sebagai keberuntungan atau kesialan: kelas kami hampir semuanya tidak ada yang termotivasi sama sekali.
Aku merasa lega, dan dadaku seperti sedikit ditusuk.
Aku membenci diriku yang merasa lega pada, sperti mengucapkan sebuah bencana.
Terlihat suram, diskusi dingin, ketika mereka memilih seseorang untuk tugas merepotkan seperti ketua kompetisi pemandu sorak, meskipun tidak terlihat terang-terangan, semuanya jelas menhindarinya; sangat menyakitkan melihat hal itu.
Aku ingin mengangkat tangan dan menjadi relawan, tapi dalam suasana semacam itu membuatku tidak mungkin memiliki keberanian untuk melakukannya.
Terlalu sulit mengangkat tangan ku dalam suasana seperti itu ... Lagipula, aku tidak berpikir hal itu bisa dapat membantu.
Jadi aku menunggu orang lain untuk mengangkat tangan mereka. Aku melihat semuanya juga berharap, menunggu orang lain selain diriku mengangkat tangannya, tetapi tidak ada yang melakukannya.
Namun kakak angkatan pada tim kami tampak berbeda dari kita: mereka penuh dengan energi dan moyivasi. Sepertinya aku hanya harus menanggung semuanya kemabali, dan aku benar-benar menyesal, tapi tidak mungkin bagiku menanggung seluruh kelas.
Jika itu memang mungkin ... tapi aku benar-benar tidak dapat melakukannya, maka hasil akhirnya akan sama saja?
... Lain kali.
Lain kali ... Ketika ku pikir aku mampu melakukannya.
➕➕➕
Hari ini, Yaegashi Taechi datang lagi dengan lainnya ke ruang klub, dimana semuanya berlalu lalang disekitar dan melakukan kegiatan masing-masing.
"Baiklah, mari kita menyebutnya hari kemudian!"
Ketua Klub Nagase Iori berkata dengan suara yang jelas.
Hari ini, Inaba Himeko punya rencana lain, sehingga ke enam anggota lainnya berkumpul di ruang klub dan mengadakan pertemuan singkat. Setelah kegiatan klub selesai, semuanya mulai berjalan pulang ke rumah mereka.
Dalam perjalanan pulang, semuanya menuju arah yang berbeda satu sama lain dan saling bertukar salam perpisahan, dan ketika stasiun terdekat menuju rumahnya terlihat, hanya Taichi yang tersisa.
Taichi berjalan keluar dari tempat membayar tiket dan kembali memasukkan tiket ke dalam tasnya. Saat itu, angin bertiup dengan nyaman, dan Taichi sedikit membentangkan tubuhnya. Sebuah bau aroma manis samar-samar melayang terbawa angin melalui udara; tampaknya aroma yang berasal dari toko roti di depan stasiun. Dia sedikit lapar, tapi Taichi memutuskan bahwa ia harus menahannya hari ini. Lagipula, bulan ini baru saja dimulai, dan kebiasaan boros yang harus dihentikan.
Taichi berjalan menuju tempat parkir.
Cuaca mulai meningkat panas dan lembab, dan dalam waktu sekitar sebulan, musim panas akan tiba.
Sepasang murid SMA berjalan ke arahnya, jari-jari mereka terjalin dan saling menekan manis satu sama lain. Taichi tidak dapat tertolong tetapi terus mengamati mereka, dan pikirannya berubah menjadi gambaran dirinya dengan Inaba. Sejak mereka berpacaran, perspektif Taichi pada pasangan di jalan ini telah berubah: ia dapat membandingkan pasangan yang ia lihat, dan menjadikannya mereka sebagai nasihat kencan.
Sekarang giliran gadis itu memeluk lengan pria dengan erat.
Inaba ingin menekan lebih dekat dengannya, jadi seharusnya ia sedikit membiarkannya dan berhenti memikirkan terlalu banyaka terhadap pandangan orang lain? Tidak, itu akan menjadi terlalu canggung, dan ia tidak akan marah ke beberapa orang? Hal yang sama terjadi di ruang klub, terutama ketika Nagase hadir. Karena ada beberapa situasi rumit di masa lalu, membuatnya benar-benar cukup sulit mengabaikan tatapan Nagase.
"------------"
Dia merasa bahwa, jauh di dalam, jauh terdalam seperti batas-batas terjauh, atau lebih tepatnya, jauh di ujung terdalam dari alam sadarnya, mendatangkan sesuatu, kebisingan yang sangat samar, bergema di dalam pikirannya.
Tampaknya tidak akan menjadi berwujud, tidak penting, perasaan aneh, dan sebelum otaknya dapat mengolah hal itu, kebisingan lenyap dalam sekejap mata.
Taichi entah bagaimana memilki firasat, dan menolehkan kapalanya untuk melihat sesuatu di belakangnya.
Nagase Iori berdiri di sana.
"Hah? Kenapa kau disini, Nagase?"
Taichi bertanya dengan suara yang sedikit bodoh. Taichi dan Nagase tidak tinggal di kota yang sama; mereka berdua telah berpisah dari awal, dan ia tidak mendengar apa-apa mengenai Nagase yang datang kesini karena perlu sesuatu.
Tapi satu hal yang dia merasa yakin tentang Nagase yang saat ini berdiri disini.
"Aku harus ... mengatakan sesuatu padamu ... bisakah aku mengatakannya sekarang?"
Gadis itu, seindah antik alami, menatap Taichi dan bertanya.
"Um ... tapi ... tidak bisakah kita bicara besok?"
--- Apakah dia hanya akan menolaknya?
Taichi tidak tahu mengapa ia menolaknya. Dia tidak mengetahui alasan dibalik itu, tapi sebelum otaknya dapat memikirkan, mulutnya telah bergerak sendiri. Alasannya adalah bahwa ia memilki firasat yang sangat menyenangkan, dan nalurinya berteriak padanya untuk menjauh dari sana.
"Apakah kau sibuk dengan sesuatu?"
"Ah, tidak ... aku tidak sibuk dengan apa-apa ... Ayo kita bicara sekarang, lalu."
Apa yang ia katakan? Nagase jelas memilki sesuatu untuk dibicarakan, namun ia menolak tanpa alasan apapun; ini sangat aneh.
Taichi mengubah pikirannya sendiri.
Dia seharusnya memilki sesuatu yang penting sampai dia tidak dapat mengatakannya melalui telepon atau melaui SMS.
"... Mari cari restoran keluarga sambil duduk dan berbicara."
"Tidak, tidak perlu, kita akan bicara di sini."
"Oh begitu."
Rambut panjang Nagase yang begoyang oleh angin sejuk yang membawa aroma musim panasa; yang memancar udara dari sedikit rambut berwana hitam malam yani ia gerai sangat cocok saat ini, ekspresi transparan melankolisnya, membuatnya begitu sangat menakutkan.
Apakah mereka tertarik dengan keindahan Nagase atau tidak, orang yang lewat menuju stile tiket stasiun terkadang megerakkan kepalanya mereka ke arah kami.
Mata Nagase terpaku menagkap Taichi di dalam bingkai; matanya membuat hati Taichi mulai tertuntun.
Dia membuka mulutnya:
"Jika aku mengatakanya padamu --- aku tidak dapat melupakan, apa yang telah kau lakukan?"
Dunia seketika benar-benar di telan dalam diam. Di ruang dimana tidak ada suara lain terdengar, datanglah ilusi yang membuat Taichi dan Nagase berada sendirian, tapi ilusi itu tiba-tiba memudar, dan dunia kembali normal.
"A-Apa maksudmu ... tidak bisa melupakan? Siapa atau apa yang kau tidak bisa melupakannya?"
Suara Taichi gemetar. Dia jelas tidak perlu gemetar, jelas tidak ada alasan baginya untuk mulai gemetar.
"Hanya Nagase Iori yang masih belum mampu melupakan tentang Yaegashi Taichi."
Mengapa? Bahkan sekarang ...
Nagase mengungkapkan dengan genit, senyum kesepian, yang tampak seprti akan meleleh.
Ini adalah pukulan yang menentukan. Itu terlalu mendadak, terlalu mendadak ... Tidak, tapai hal itu tidak terlalu mendadak seklai, bukan? Taichi dapat memahami konotashi dibalik kata-katanya, tapi dia tidak mau mengakuinya.
Tidak ingin mengakuinya? Mengapa? Karena ---
Dia benar-benar tidak ingin mempercayainya.
"Apa ... maksud ... dari perkataan mu?"
Taichi memaksa keluar suaranya, mencengkram pada seuntai harapan.
"Ah ... Aku masih menyukai Taichi, setelah semua yang terjadi."
Kenyataan memang benar-benar kejam.
Bahkan jika situasi "jika sesuatu berakhir disana, maka biarkanlah berakhir" telah terjadi, cerita masih belum sampai pada kesimpulannya.
Seolah-olah sebuah momen yang tapat dibangun dengan layu dan berhamburan, realita kejam masih akan terus berlanjut.
Tidak ada akhir yang sempurna untuk cinta yang dipaksakan
_______________________________________________
Keesokan paginya, Taichi berangkat ke sekolah dengan kecemasan aneh.
Karena ia harus bertemu dengan Nagase, yang tiba-tiba menyatakan perasaan kepadanya kemarin, di dalam kelas.
Setelah Nagase menyatakan padanya bahwa dia "masih belum dapat melupakan Yegashi Taichi", dia langsung pergi tanpa menunggu jawaban, seolah-olah itu deklerasi perang.
Masih belum dapat melupakan; seperti --- Yang Nagase maksud berarti perasaan diantara keduanya yang seharusnya telah jelas tanpa masalah, tapi masih belum selasaikah semua ini?
Deklarasi perang yang terlalu mendadak, hanya membuat Taichi semakin tambah bingung. Dengan banyaknya hal di dalam pikirannya, Taichi tidak tahu bagaimana harus melanjutkan. Yang paling ia pikirkan adalah bagaimana Nagase dan Inaba menanggapi hal ini.
Nagase Iori dan Inaba Himeko.
Keduanya telah menyatakan menyukai dirinya, dan ia menyukai keduanya. Terdapat ikatan kuat dengan keduanya, yang tidak dapat dihancurkan oleh orang lain, bahkan oleh Taichi sekali pun.
Menila apa yang telah terjadi sebelumnya, Nagase seharusnya memberitahu Inaba situasi ini terlebih dahulu - dengan kata lain. Situsai mengenai dirinya sendiri, persaannya pada Taichi dan membuat pernyataan seperti itu kepadanya. Tapi...
Taichi menatap ke arah bangku Nagase; Dia belum datang.
"Selamat Pagi halo ~, Taichi!"
"Whoooa!"
Nagase tiba-tiba menyapa Taichi dari belakang.
"Ada apa, Taichi, ada apa dengan suara aneh itu?"
"Tidak ada ...Umm ...P-Pagi."
"Uh-ya, selamta pagi. Mengapa kau menjadi aneh begini?"
"K-Karena ..."
Karena kau mengatakan sesuatu seperti itu--- Taichi tidak dapat mengatakannya, dan ia tidak bisa membicarakan topik itu sekarang juga.
"Bukankah, hari ini cukup panas! Aku juga sudah mengganti ke seragam musim panas, tapi aku tidak mampu menjadi pemain yang keren sekarang!"
Setelah berganti ke seragam lengan pendek dan rompi, Nagase bernyanyi "Haruskah aku melepasnya?! Apa yang harus dilakukan?!", sambil ia menarik rompi dan mengipasi dirinya sendiri.
Nagase Iori, tetap seperti biasa, selalu terang dan bersemangat seolah benar-benar normal.
Seolah ia telah melupakan apa yang terjadi kemarin.
Tapi Taichi mengetahui Nagase tidak dapat melupakannya. Jika Nagase memang ingin, dia akan mengambil tindakan sesuai dengan pikirannya. Taichi tahu bahwa Nagase bisa melakukan hal ini.
"Hei, Iori! Selamat pagi, hari ini sangat panas! Selamat pagi juga, Yaegashi-kun! "
Nakayama Mariko memasuki cerita, kuncir duanya berayun.
"Hei, Nakayama! Pagi, hari ini benar-benar super panas, aku tidak tahan lagi! "
Nagase menanggapi Nakayama, nampak ceria dan senang.
"Hm, ada apa, Yaegashi-kun? Apakah kau mengabaikan diriku? "
"Ah, bukan apa-apa. Pagi, Nakayama. "
"Hmm, kau tidak terlihat begitu baik hari ini ~, Yaegashi-kun. Jika kau tidak bangkit dan bersemangat, Yaegashi-kun, aku jadi tidak bisa bersemangat dengan baik ... Seharusnya tidak seburuk itu! Ah, Yui-chan, Selamat pagi ~."
"Ah, Yui disini, jadi, tentang kemarin ~."
Nagase dan Nakayama meninggalkan Taichi dalam badai ngegosip.
Ditinggal sendirian, Taichi menyadari bahwa punggungnya telah basah kerena keringat dingin.
Saat itu, Setelah Nagase dan lainnya menyerahkan tongkat selanjutnya pada dirinya, Watase Shingo mendekati Taichi.
"Yo ~, Yaegashi. Ku pikir, para cewek secara alami berkumpul di dekatmu, bukan? Oleh karena itu, Selama aku selalu berpegangan padamu dan tidak melepaskannya, kemungkinan aku semakin dekat dengan anak cewek ... dengan Fujishima-san akan semakin meningkat, bukan? Cukup sederhana bagiku untuk mengatakan halo atau sesuatu seperti itu pada cewek normal, tapi mengapa aku tidak beruntung dengan Fujishima-san ... Beritahu aku mengapa, muka panjang? Jika kau terus terlihat separti itu, Kesempatanmu akan lewat begitu saja."
Taichi tidak punya tenaga untuk menanggapinya.
Apa yang sedang Nagase pikirkan?
Apa yang ingin Nagase lakukan padanya?
Bagaimana ia bisa menghadapi pertarungan cinta yang tak mungkin di hindari ini?
Setelah sekolah berakhir, Kompetisi bersorak setiap angkatan mulai berkumpul dan berlatih. Saat istirahat makan siang, Taichi, memimpin kelas 2-B, sendirian. ditugaskan sebagai ketua meeting pra-praktik (karena kalah kertas-batu-gunting).
Taichi menghabiskan makan siangnya dengan cepat dan menuju tempat meeting.
Dia sepertinya mendengar suara samar.
"Apakah kau memikirkan apa yang ku katakan kemarin? Bagian tentang aku masih menyukaimu. "
Tiba-tiba terjadi lagi.
Taichi bertemu Nagase di koridor gedung utara sekolah, dan membuatnya berdebar-debar di sekujur tubuhnya.
Jika ini memang normal, saat ini seharusnya Nagase sedang makan siang, jadi tidak mungkin kebetulan dia berada disini. Nagase pasti mengikuti Taichi dan mencari tempat di mana tidak ada orang lain sebelum berbicara dengannya.
Bangunan sekolah ini terdiri atas ruang kelas khusus; Bahkan saat istirahat makan siang, hampir tidak ada yang terlihat.
Nagase Iori, dengan rompi dan lengan pendeknya, fitur yang pas, sosok yang megesankan, dan senyum yang sempurna ... senyum? Dalam situsai seperti ini, seharusnya ia tidak tersenyum, bukan?
"Apa maksudmu, apakah aku memikirkannya ...Bagaimana kau mengharapkanku untuk menjawabnya ..."
"Aku sedang serius."
Tiba-tiba ekspresinya berubah menjadi tegas, Nagase merebut hati Taichi. Tanpa tempat untuk berlari, Taichi tidak merasakan harapan sedikit pun bahwa ia dapat melarikan diri.
Pesonanya, yang ditempa dengan kecantikan sempurna, seperti sebuah paksaan.
"Apa yang sebenarnya kau lihat, Taichi?"
Apa yang sebenarnya dia lihat?
Dia pernah sesekali salah mengerti tentang Nagase Iori, jadi Taichi bertekad untuk mengamati Nagase dengan seksama saat ini. Tapi apakah dia begitu sombong?
Cuaca seharusnya terasa panas pada paruh pertama bulan Juni, terutama sejak lembabnya hari ini. Seharusnya sangat panas, namun dia mersa sangat kedinginan.
"Aku ingin menjadi sedikit keras kepala."
Kata Nagase sambil tersenyum samar.
Wajah Inaba tiba-tiba terbayang di depan Taichi. Dia sudah lupa kapan, tapi dia mengingat bahwa Inaba pernah mengatakan sesuatu tentang Nagase yang meyukainya menjadi sedikit lebih keras kepala, sehingga Inaba dapat mengubah dirinya sendiri.
Apa yang akan terjadi? Bukankah cinta segitiga, meski berbahaya tetapi tetap bisa menyeimbangkan dirinya sendiri, sudah melangkah melintasi bahaya dan benar-benar stabil? Apakah akan goyah lagi? Apakah tidak akan pernah berhenti bergoyah lagi?
Apakah kali ini akan benar-benar bergoyah dan jatuh?
"Hei, hei, Nagase, apa yang kau katakan pada Inaba tentang hal ini ..."
"Aku tidak mengatakan apapun pada Inaba, karena tidak perlu."
Keharusan untuk melakukan hal tersebut tentu saja antara pihak itu sendiri - dari sudut pandang itu memang masuk akal, tapi bukankah antara Nagase dan Inaba merupakan pengecualian.
Rasanya seperti Nagase yang menakutkan telah kembali ... Bukan, apakah Nagase yang itu masih tetap tinggal di hati Nagase, dan satu-satunya perbedaan adalah apakah itu yang mengapresiasikan dirinya atau tidak?
"Tidak masalah, selama Taichi dan aku tidak memberitahu siapa pun, maka tidak akan ada yang tahu. Jadi pikirkan saja, mari kita mulai dari awal, bukan hanya sekedar teman biasa. "
Bukan hanya sekedar teman biasa, makna dibalik ini adalah ...
"... Apa terjadi sesuatu?"
"Tidak, hanya saja ... aku tidak tahan lagi. Aku ingin bertindak berani dan mengejar apa yang kuinginkan."
Tidak tahan? Apakah ia dan Inaba telah memaksa Nagase untuk menahan semua ini?
"Uh, tapi ... itu tidak mungkin, bukan?"
Cinta di antara dirinya dan Nagase dulu, untuk beberapa waktu, telah berakhir.
Ya, keduanya seharusnya telah menerima ending tersebut.
Selanjutnya, ada pertemanan di antara Nagase dan Inaba, dan selain itu, Taichi dan Inaba berpacaran. Jadi ---
"Tidak ada sesuatu di dunia ini yang tak mungkin dan tidak dapat dilakukan."
Warna merah tua, dari bibir Nagase yang bergumam ini terasa memikat Taichi.
Setelah sekolah, Nagase yang mengikuti latihan kompetisi bersorak adalah Nagase Iori yang bersahabat dengan semuanya, polos dan tidak terpengaruh.
Karena ia harus bertemu dengan Nagase, yang tiba-tiba menyatakan perasaan kepadanya kemarin, di dalam kelas.
Setelah Nagase menyatakan padanya bahwa dia "masih belum dapat melupakan Yegashi Taichi", dia langsung pergi tanpa menunggu jawaban, seolah-olah itu deklerasi perang.
Masih belum dapat melupakan; seperti --- Yang Nagase maksud berarti perasaan diantara keduanya yang seharusnya telah jelas tanpa masalah, tapi masih belum selasaikah semua ini?
Deklarasi perang yang terlalu mendadak, hanya membuat Taichi semakin tambah bingung. Dengan banyaknya hal di dalam pikirannya, Taichi tidak tahu bagaimana harus melanjutkan. Yang paling ia pikirkan adalah bagaimana Nagase dan Inaba menanggapi hal ini.
Nagase Iori dan Inaba Himeko.
Keduanya telah menyatakan menyukai dirinya, dan ia menyukai keduanya. Terdapat ikatan kuat dengan keduanya, yang tidak dapat dihancurkan oleh orang lain, bahkan oleh Taichi sekali pun.
Menila apa yang telah terjadi sebelumnya, Nagase seharusnya memberitahu Inaba situasi ini terlebih dahulu - dengan kata lain. Situsai mengenai dirinya sendiri, persaannya pada Taichi dan membuat pernyataan seperti itu kepadanya. Tapi...
Taichi menatap ke arah bangku Nagase; Dia belum datang.
"Selamat Pagi halo ~, Taichi!"
"Whoooa!"
Nagase tiba-tiba menyapa Taichi dari belakang.
"Ada apa, Taichi, ada apa dengan suara aneh itu?"
"Tidak ada ...Umm ...P-Pagi."
"Uh-ya, selamta pagi. Mengapa kau menjadi aneh begini?"
"K-Karena ..."
Karena kau mengatakan sesuatu seperti itu--- Taichi tidak dapat mengatakannya, dan ia tidak bisa membicarakan topik itu sekarang juga.
"Bukankah, hari ini cukup panas! Aku juga sudah mengganti ke seragam musim panas, tapi aku tidak mampu menjadi pemain yang keren sekarang!"
Setelah berganti ke seragam lengan pendek dan rompi, Nagase bernyanyi "Haruskah aku melepasnya?! Apa yang harus dilakukan?!", sambil ia menarik rompi dan mengipasi dirinya sendiri.
Nagase Iori, tetap seperti biasa, selalu terang dan bersemangat seolah benar-benar normal.
Seolah ia telah melupakan apa yang terjadi kemarin.
Tapi Taichi mengetahui Nagase tidak dapat melupakannya. Jika Nagase memang ingin, dia akan mengambil tindakan sesuai dengan pikirannya. Taichi tahu bahwa Nagase bisa melakukan hal ini.
"Hei, Iori! Selamat pagi, hari ini sangat panas! Selamat pagi juga, Yaegashi-kun! "
Nakayama Mariko memasuki cerita, kuncir duanya berayun.
"Hei, Nakayama! Pagi, hari ini benar-benar super panas, aku tidak tahan lagi! "
Nagase menanggapi Nakayama, nampak ceria dan senang.
"Hm, ada apa, Yaegashi-kun? Apakah kau mengabaikan diriku? "
"Ah, bukan apa-apa. Pagi, Nakayama. "
"Hmm, kau tidak terlihat begitu baik hari ini ~, Yaegashi-kun. Jika kau tidak bangkit dan bersemangat, Yaegashi-kun, aku jadi tidak bisa bersemangat dengan baik ... Seharusnya tidak seburuk itu! Ah, Yui-chan, Selamat pagi ~."
"Ah, Yui disini, jadi, tentang kemarin ~."
Nagase dan Nakayama meninggalkan Taichi dalam badai ngegosip.
Ditinggal sendirian, Taichi menyadari bahwa punggungnya telah basah kerena keringat dingin.
Saat itu, Setelah Nagase dan lainnya menyerahkan tongkat selanjutnya pada dirinya, Watase Shingo mendekati Taichi.
"Yo ~, Yaegashi. Ku pikir, para cewek secara alami berkumpul di dekatmu, bukan? Oleh karena itu, Selama aku selalu berpegangan padamu dan tidak melepaskannya, kemungkinan aku semakin dekat dengan anak cewek ... dengan Fujishima-san akan semakin meningkat, bukan? Cukup sederhana bagiku untuk mengatakan halo atau sesuatu seperti itu pada cewek normal, tapi mengapa aku tidak beruntung dengan Fujishima-san ... Beritahu aku mengapa, muka panjang? Jika kau terus terlihat separti itu, Kesempatanmu akan lewat begitu saja."
Taichi tidak punya tenaga untuk menanggapinya.
Apa yang sedang Nagase pikirkan?
Apa yang ingin Nagase lakukan padanya?
Bagaimana ia bisa menghadapi pertarungan cinta yang tak mungkin di hindari ini?
Setelah sekolah berakhir, Kompetisi bersorak setiap angkatan mulai berkumpul dan berlatih. Saat istirahat makan siang, Taichi, memimpin kelas 2-B, sendirian. ditugaskan sebagai ketua meeting pra-praktik (karena kalah kertas-batu-gunting).
Taichi menghabiskan makan siangnya dengan cepat dan menuju tempat meeting.
Dia sepertinya mendengar suara samar.
"Apakah kau memikirkan apa yang ku katakan kemarin? Bagian tentang aku masih menyukaimu. "
Tiba-tiba terjadi lagi.
Taichi bertemu Nagase di koridor gedung utara sekolah, dan membuatnya berdebar-debar di sekujur tubuhnya.
Jika ini memang normal, saat ini seharusnya Nagase sedang makan siang, jadi tidak mungkin kebetulan dia berada disini. Nagase pasti mengikuti Taichi dan mencari tempat di mana tidak ada orang lain sebelum berbicara dengannya.
Bangunan sekolah ini terdiri atas ruang kelas khusus; Bahkan saat istirahat makan siang, hampir tidak ada yang terlihat.
Nagase Iori, dengan rompi dan lengan pendeknya, fitur yang pas, sosok yang megesankan, dan senyum yang sempurna ... senyum? Dalam situsai seperti ini, seharusnya ia tidak tersenyum, bukan?
"Apa maksudmu, apakah aku memikirkannya ...Bagaimana kau mengharapkanku untuk menjawabnya ..."
"Aku sedang serius."
Tiba-tiba ekspresinya berubah menjadi tegas, Nagase merebut hati Taichi. Tanpa tempat untuk berlari, Taichi tidak merasakan harapan sedikit pun bahwa ia dapat melarikan diri.
Pesonanya, yang ditempa dengan kecantikan sempurna, seperti sebuah paksaan.
"Apa yang sebenarnya kau lihat, Taichi?"
Apa yang sebenarnya dia lihat?
Dia pernah sesekali salah mengerti tentang Nagase Iori, jadi Taichi bertekad untuk mengamati Nagase dengan seksama saat ini. Tapi apakah dia begitu sombong?
Cuaca seharusnya terasa panas pada paruh pertama bulan Juni, terutama sejak lembabnya hari ini. Seharusnya sangat panas, namun dia mersa sangat kedinginan.
"Aku ingin menjadi sedikit keras kepala."
Kata Nagase sambil tersenyum samar.
Wajah Inaba tiba-tiba terbayang di depan Taichi. Dia sudah lupa kapan, tapi dia mengingat bahwa Inaba pernah mengatakan sesuatu tentang Nagase yang meyukainya menjadi sedikit lebih keras kepala, sehingga Inaba dapat mengubah dirinya sendiri.
Apa yang akan terjadi? Bukankah cinta segitiga, meski berbahaya tetapi tetap bisa menyeimbangkan dirinya sendiri, sudah melangkah melintasi bahaya dan benar-benar stabil? Apakah akan goyah lagi? Apakah tidak akan pernah berhenti bergoyah lagi?
Apakah kali ini akan benar-benar bergoyah dan jatuh?
"Hei, hei, Nagase, apa yang kau katakan pada Inaba tentang hal ini ..."
"Aku tidak mengatakan apapun pada Inaba, karena tidak perlu."
Keharusan untuk melakukan hal tersebut tentu saja antara pihak itu sendiri - dari sudut pandang itu memang masuk akal, tapi bukankah antara Nagase dan Inaba merupakan pengecualian.
Rasanya seperti Nagase yang menakutkan telah kembali ... Bukan, apakah Nagase yang itu masih tetap tinggal di hati Nagase, dan satu-satunya perbedaan adalah apakah itu yang mengapresiasikan dirinya atau tidak?
"Tidak masalah, selama Taichi dan aku tidak memberitahu siapa pun, maka tidak akan ada yang tahu. Jadi pikirkan saja, mari kita mulai dari awal, bukan hanya sekedar teman biasa. "
Bukan hanya sekedar teman biasa, makna dibalik ini adalah ...
"... Apa terjadi sesuatu?"
"Tidak, hanya saja ... aku tidak tahan lagi. Aku ingin bertindak berani dan mengejar apa yang kuinginkan."
Tidak tahan? Apakah ia dan Inaba telah memaksa Nagase untuk menahan semua ini?
"Uh, tapi ... itu tidak mungkin, bukan?"
Cinta di antara dirinya dan Nagase dulu, untuk beberapa waktu, telah berakhir.
Ya, keduanya seharusnya telah menerima ending tersebut.
Selanjutnya, ada pertemanan di antara Nagase dan Inaba, dan selain itu, Taichi dan Inaba berpacaran. Jadi ---
"Tidak ada sesuatu di dunia ini yang tak mungkin dan tidak dapat dilakukan."
Warna merah tua, dari bibir Nagase yang bergumam ini terasa memikat Taichi.
Setelah sekolah, Nagase yang mengikuti latihan kompetisi bersorak adalah Nagase Iori yang bersahabat dengan semuanya, polos dan tidak terpengaruh.
⬛☐⬛☐⬛☐⬛☐⬛☐⬛